Selasa, 03 Januari 2012

Alasan Buat Tersenyum


10 Alasan untuk tersenyum
1.       Senyum itu ibadah
2.      Terlihat lebih manis
3.      Qt bisa mendapatkan senyum lagi (blasan dri Olra)
4.      Menunjukan keramahan Qt
5.      Bisa mendapatkan teman baru
6.      Memberikan kesan yang positif
7.      Menjadikan Qt lebih ceria
8.      Menjadikan Qt lebih percaya diri
9.      Meringankan beban Qt
10.  Mengaktifkan senyawa kimia yang membuat Qt lebih sehat.

Kamis, 22 Desember 2011

NASIONALISME


BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Tumbuhnya paham nasionalisme bangsa Indonesia tidak dapat dilepaskan dari situasi politik pada abad ke 20. Pada masa itu semangat menentang kolonialisme Belanda mulai muncul di kalangan pribumi. Ada 3 pemikiran besar tentang watak nasionalisme Indonesia yang terjadi pada masa sebelum kemerdekaan yakni paham ke Islaman, marxisme dan nasionalisme Indonesia. Para analis nasionalis beranggapan bahwa Islam memegang peranan penting dalam pembentukan nasionalisme sebagaimana di Indonesia. Menurut seorang pengamat nasionalisme George Mc. Turman Kahin, bahwa Islam bukan saja merupakan mata rantai yang mengikat tali persatuan melainkan juga merupakan simbol persamaan nasib menentang penjajahan asing dan penindasan yang berasal dari agama lain. Ikatan universal Islam pada masa perjuangan pertama kali di Indonesia dalam aksi kolektif di pelopori oleh gerakan politik yang dilakukan oleh Syarikat Islam yang berdiri pada awalnya bernama Syarikat Dagang Islam dibawah kepemimpinan H.O.S.Tjokoroaminoto, H.Agus Salim dan Abdoel Moeis telah menjadi organisasi politik pemula yang menjalankan program politik nasional dengan mendapat dukungan dari semua lapisan masyarakat.
Bangsa Indonesia mencapai puncak kejayaan rasa nasionalime pada masa sebelum terjadinya kemerdekaan. Dimana pejuang-pejuang terdahulu kita bersatu dari sabang sampai merauke untuk membebaskan diri dari tirani. Yang mana itu bisa terwujud jika adanya rasa nasionalisme yang tinggi di masyarakat Indonesia. Dan telah terbukti kita bisa memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia dengan semangat juang yang tinggi.
Nampaknya hal itu berbanding terbalik dengan keadaan sekarang. Berbagai masalah yang dihadapi oleh Bangsa Indonesia mulai dari masalah kemiskinan, pengangguran, terorisme dan lain sebagainya, menimbulkan suatu ataupun banyak permasalahan. Salah satunya adalah rendahnya rasa Nasionalisme Bangsa Indonesia. Memang itu tidak bisa dipungkiri, karena masyarakat lebih memilih untuk kelangsungan hidupnya dari pada memikirkan hal-hal seperti itu yang dianggapnya tidak penting. Padahal rasa nasionalisme itu sangat penting sekali bagi bangsa Indonesia untuk bisa menjadi bangsa yang maju, bangsa yang modern, bangsa yang aman dan damai, adil dan sejahtera.

B.  Rumusan Masalah
Keterkaitan mengenai tinggi ataupun rendahnya rasa Nasionalisme memang berkaitan erat dengan banyak faktor. Faktor tersebut bisa dikarenakan kita telah dibodohi selama 32 tahun yang membuat rasa nasionalisme kita menjadi luntur. Tapi ada juga faktor yang berasal dari kita sendiri misalnya tingkat kemiskinan dan pengangguran, orang miskin pastinya tidak memikirkan hal-hal yang seperti itu namun meraka lebih sering memikirkan bagaimana mereka dapat makan esok hari. Memang tidak kita pungkiri, jika kita dalam posisi mereka kitapun akan melakukan hal yang sama. Bagaimana caranya untuk mendaatkan sesuap nasi setiap harinya. Namun apakah rasa nasionalisme itu masih ada di zaman yang serba modern seperti ini? Bagaimana cara kita mempertahankan rasa nasionalisme bangsa kita agar selalu tetap berkobar?

C.  Tujuan Makalah   
Makalah dengan judul “Muncul dan Berkembangnya Nasionalisme di Indonesia” ini pada dasarnya adalah untuk memenuhi tudas sejarah Intelektual yang di ampu oleh Drs. Leo Agung, S. M.Pd. Selain itu, dengan adanya makalah ini diharapkan mampu menambah pengetahuan kita tentang sejarah tumbuhnya nasionalis di Indonesia sebagai tongggak terrwujudnya kemerdekaan Republik Indonesia. Sebagai generasi penerus bangsa, kita juga diharapkan agar mampu menanamkan semangat nasionalisme agar kecintaan kita terhadap NKRI makin kuat. Sehingga kekayaan kita tidak akan mudah diambil maupun diakui oleh negara lain.











BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Nasionalisme
Nasionalisme berasal dari kata nation (Inggris) dan natie (Belanda), yang berarti bangsa. Bangsa adalah sekelompok masyarakat yang mendiami wilayah tertentu dan memiliki hasrat serta kemampuan untuk bersatu, karena adanya persamaan nasib, cita-cita, dan tujuan.
Secara etimologi: Nasionalisme berasal dari kata “nasional” dan “isme” yaitu paham kebangsaan yang mengandung makna kesadaran dan semangat cinta tanah air; memiliki kebanggaan sebagai bangsa, atau memelihara kehormatan bangsa; memiliki rasa solidaritas terhadap musibah dan kekurangberuntungan saudara setanah air, sebangsa dan senegara; persatuan dan kesatuan.
Menurut Ensiklopedi Indonesia: Nasionalisme adalah sikap politik dan sosial dari sekelompok bangsa yang mempunyai kesamaan kebudayaan, bahasa dan wilayah serta kesamaan cita-cita dan tujuan dengan meletakkan kesetiaan yang mendalam terhadap kelompok bangsanya. Nasionalisme dapat juga diartikan sebagai paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan negara (nation) dengan mewujudkan suatu konsep identitas bersama untuk sekelompok manusia.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa nasionalisme adalah paham yang meletakkan kesetiaan tertinggi individu yang harus diberikan kepada negara dan bangsanya, dengan maksud bahwa individu sebagai warga negara memiliki suatu sikap atau perbuatan untuk mencurahkan segala tenaga dan pikirannya demi kemajuan, kehormatan dan tegaknya kedaulatan negara dan bangsa.
Nasionalisme (dalam arti modern) untuk pertama kalinya muncul di Eropa pada abad ke-18. Lahirnya paham nasionalisme ini diikuti dengan terbentuknya negara-negara nasional atau negara kebangsaan. Pada mulanya terbentuknya negara kebangsaan dilatarbelakangi oleh fakor-faktor objektif seperti: persamaan keturuan, bahasa, adat-istiadat, tradisi, dan agama. Akan tetapi kebangsaan yang dibentuk atas dasar paham nasionalisme lebih menekankan kamauan untuk hidup bersama dalam negara kebangsaan. Sejalan dengan ini maka, rakyat Amerika Serikat tidak menyatakan bahwa mereka harus seketurunan untuk membentuk suatu negara, sebab disadari bahwa penduduk Amerika Serikat terdiri atas berbagai suku bangsa, asal-usul, adat-istiadat, dan agama yang berbeda.
Ada dua macam nasionalisme, antara lain:
1.      Nasionalisme dalam arti sempit: paham kebangsaan yang berlebihan dengan memandang bangsa sendiri lebih tinggi (unggul) dari bangsa lain. Paham ini sering disebut dengan istilah “Chauvinisme”. Chauvinisme pernah dianut di Italia (masa Bennito Mussolini); Jepang (masa Tenno Haika) dan Jerman (masa Adolf Hitler).
2.      Nasionalisme dalam arti luas: paham kebangsaan yang meletakkan kesetiaan tertinggi individu terhadap bangsa dan tanah airnnya dengan memandang bangsanya itu merupakan bagian dari bangsa lain di dunia. Nasionalisme arti luas mengandung prinsip-prinsip: kebersamaan; persatuan dan kesatuan; dan demokrasi (demokratis).

B.  Kemunculan Nasionalisme di Indonesia
Sejak abad 19 dan abad 20 muncul benih-benih nasionalisme pada bangsa Asia Afrika khususnya Indonesia. Faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya nasionalisme, antara lain:
1.      Faktor dari dalam (Internal)
a.    Kenangan kejayaan masa lampau
Bangsa-bangsa Asia dan Afrika sudah pernah mengalami masa kejayaan sebelum masuk dan berkembangnya imperialisme dan kolonialisme barat. Bangsa India, Indonesia, Mesir, dan Persia pernah mengalami masa kejayaan sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat. Kejayaan masa lampau mendorong semangat untuk melepaskan diri dari penjajahan. Bagi Indonesia kenangan kejayaan masa lampau tampak dengan adanya kenangan akan kejayaan pada masa kerajaan Majapahit dan Sriwijaya. Dimana pada masa Majapahit, mereka mampu menguasai daerah seluruh nusantara, sedangkan masa Sriwijaya mampu berkuasa di lautan karena maritimnya yang kuat.

b.    Perasaan senasib dan sepenanggungan akibat penderitaan dan kesengsaraan masa penjajahan
Penjajahan yang dilakukan oleh bangsa-bangsa Eropa terhadap bangsa Asia, Afrika mengakibatkan mereka hidup miskin dan menderita sehingga mereka ingin menentang imperialisme barat.
c.    Munculnya golongan cendekiawan
Perkembangan pendidikan menyebabkan munculnya golongan cendekiawan baik hasil dari pendidikan barat maupun pendidikan Indonesia sendiri. Mereka menjadi penggerak dan pemimpin munculnya organisasi pergerakan nasional Indonesia yang selanjutnya berjuang untuk melawan penjajahan.
d.    Paham nasionalis yang berkembang dalam bidang-bidang tertentu, antara lain:
Ø      Dalam bidang politik, tampak dengan upaya gerakan nasionalis menyuarakan aspirasi masyarakat pribumi yang telah hidup dalam penindasan dan penyelewengan hak asasi manusia. Mereka ingin menghancurkan kekuasaan asing/kolonial dari Indonesia.
Ø      Dalam bidang ekonomi, tampak dengan adanya usaha penghapusan eksploitasi ekonomi asing. Tujuannya untuk membentuk masyarakat yang bebas dari kesengsaraan dan kemelaratan untuk meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia.
Ø      Dalam bidang budaya, tampak dengan upaya untuk melindungi, memperbaiki dan mengembalikan budaya bangsa Indonesia yang hampir punah karena masuknya budaya asing di Indonesia. Para nasionalis berusaha untuk memperhatikan dan menjaga serta menumbuhkan kebudayaan asli bangsa Indonesia.

2.      Faktor dari luar (eksternal)
a)   Kemenangan Jepang atas Rusia (1905)
Tahun 1904-1905 Jepang melawan Rusia dan tentara Jepang berhasil mengalahkan Rusia. Hal ini dikarenakan, modernisasi yang dilakukan jepang yang telah membawa kemajuan pesat dalam berbagai bidang bahkan dalam bidang militer. Awalnya dengan kekuatan yang dimiliki tersebut Jepang mampu melawan Korea tetapi kemudian dia melanjutkan ke Manchuria dan beberapa daerah di Rusia. Keberhasilan Jepang melawan Rusia inilah yang mendorong lahirnya semangat bangsa-bangsa Asia Afrika mulai bangkit melawan bangsa asing di negerinya.
b)   Perkembangan Nasionalisme di Berbagai Negara
1)      Pergerakan Kebangsaan India
India untuk menghadapi Inggris membentuk organisasi kebangsaan dengan nama ”All India National Congres”. Tokohnya, Mahatma Gandhi, Pandit Jawaharlal Nehru, B.G. Tilak,dsb. Mahatma Gandhi memiliki dasar perjuangan :
Ø      Ahimsa (dilarang membunuh) yaitu gerakan anti peperangan
Ø      Hartal, merupakan gerakan dalam bentuk asli tanpa berbuat apapun walaupun mereka tetapi masuk kantor atau pabrik
Ø      Satyagraha merupakan gerakan rakyat India untuk tidak bekerja sama dengan pemerintah kolonial Inggris.
Ø      Swadesi merupakan gerakan rakyat India untuk memakai barang-barang buatan negeri sendiri
Selain itu adanya pendidikan Santiniketan oleh Rabindranath Tagore
2)      Gerakan Kebangsaan Filipina
Digerakkan oleh Jose Rizal dengan tujuan untuk mengusir penjajah bangsa Spanyol di Wilayah Filipina. Jose ditangkap tanggal 30 September 1896 dijatuhi hukuman mati. Akhirnya dilanjutkan Emilio Aquinaldo yang berhasil memproklamasikan kemerdekaan Filipina tanggal 12 Juni 1898 tetapi Amerika Serikat berhasil menguasai Filipina dari kemerdekaan baru diberikan Amerika Serikat pada 4 Juli 1946.
3)      Gerakan Nasionalis Rakyat Cina
Gerakan ini dipimpin oleh Dr. Sun Yat Sen, yang mengadakan pembaharuan dalam segala sektor kehidupan bangsa Cina. Dia menentang kekuasaan Dinasti Mandsyu. Dasar gerakan San Min Chu I:
·        Republik Cina adalah suatu negara nasional Cina
·        Pemerintah Cina disusun atas dasar demokrasi (kedaulatan berada di tanggan rakyat)
·        Pemerintah Cina mengutamakan kesejahteraan sosial bagi rakyatnya.
Apa yang dilakukan oleh Dr. Sun Yat Sen sangat besar pengaruhnya terhadap pergerakan rakyat Indonesia. Terlebih lagi setelah terbentuknya Republik Nasionalis Cina (1911)
4)      Pergerakan Turki Muda (1908)
Dipimpin oleh Mustafa Kemal Pasha menuntut pembaharuan dan modernisasi di segala sektor kehidupan masyarakatnya. Ia ingin agar dapat mengembangkan negerinya menjadi negara modern. Gerakan Turki Muda ini banyak mempengaruhi munculnya pergerakan nasional di Indonesia.
5)      Pergerakan Nasionalisme Mesir
Dipimpin oleh Arabi Pasha (1881-1882) dengan tujuan menentang kekuasaan bangsa Eropa terutama Inggris atas negeri Mesir. Adanya pandangan modern dari Mesir yang dikemukakan oleh Muhammad Abduh mempengaruhi berdirinya organisasi-organisasi keagamaan di Indonesia seperti Muhammaddiyah.
Intinya dengan gerakan kebangsaan dari berbagai negara tersebut mendorong negara-negara lain termasuk Indonesia untuk melakukan hal yang sama yaitu melawan penjajahan dan kolonialisme di Negaranya.

c)    Munculnya Paham-paham Baru
Munculnya paham-paham baru di luar negeri seperti nasionalisme, liberalisme, sosialisme, demokrasi dan pan islamisme juga menjadi dasar berkembangnya paham-paham yang serupa di Indonesia. Perkembangan paham-paham itu terlihat pada penggunaan ideologi-ideologi (paham) pada organisasi pergerakan nasional yang ada di Indonesia.

3.      Perkembangan Pergerakan Nasional
Masa pergerakan nasional di Indonesia ditandai dengan berdirinya organisasi-organisasi pergerakan. Masa pergerakan nasional (1908-1942), dibagi dalam tiga tahap berikut:
v   Masa pembentukan (1908-1920) berdiri organisasi seperti Budi Utomo, Sarekat Islam, dan Indische Partij.
v   Masa radikal/nonkooperasi (1920-1930), berdiri organisasi seperti Partai Komunis Indonesia (PKI), Perhimpunan Indonesia (PI), dan Partai Nasional Indonesia (PNI).
v   Masa moderat/kooperasi (1930-1942), berdiri organisasi seperti Parindra, Partindo, dan Gapi. Di samping itu juga berdiri organisasi keagamaan, organisasi pemuda, dan organisasi perempuan.

C.  Jenis-jenis Nasionalisme
Snyder membedakan empat jenis nasionalisme, yaitu:
1.    Nasionalisme revolusioner, (terjadi di Perancis pada akhir abad ke18).
Untuk negeri yang dikatakan memiliki nasionalisme revolusioner, ketika elite politik sangat berkeinginan untuk melakukan demokratisasi, tapi lembaga perwakilan yang ada jauh dari memadai untuk mengimbanginya.
2.    Nasionalisme kontrarevolusioner, (terjadi di Jerman sebelum Perang Dunia I). Negeri yang bernasionalisme kontrarevolusioner, para elite politiknya menganggap diri selalu benar dan untuk itu lewat lembaga perwakilan yang ada, mereka menyerang pihak yang mereka anggap sebagai musuh atau melawan kepentingan mereka.
3.    Nasionalisme sipil, (merujuk pada perkembangan di wilayah Britania dan Amerika hingga sekarang). Suatu negeri dikatakan memiliki nasionalisme sipil ketika ia memiliki lembaga perwakilan yang kuat, dan juga para elite politiknya memiliki kelenturan dalam berdemokrasi.
4.    Nasionalisme SARA (diterjemahkan dari kata ethnic nationalism) (terjadi di Yugoslavia atau Rwanda).
SARA di sini merujuk pada akronim zaman Orde Baru, yakni suku, agama, ras, dan antar golongan, yang sering kali justru ditabukan untuk dibicarakan dalam negeri yang sangat plural ini. Dapat dikatakan nasionalisme SARA jika para elite politik negara tersebut tidak menganut paham demokrasi, dan mengekspresikan kepentingannya hanya untuk membela satu kelompok tertentu lewat lembaga-lembaga perwakilan yang ada. Snyder memilah empat jenis nasionalisme tersebut dan Ia membedakannya dari interseksi kuat atau lemahnya lembaga perwakilan politik, dan lentur atau tidak lenturnya kepentingan elite politik terhadap demokrasi.

D.  Mengukur Tingkat Nasionalisme Masyarakat Indonesia
Dalam hal ini memang susah untuk mengukur tingkat Nasionalisme bangsa Indonesia secara matematis. Akan tetapi dari berbagai faktor yang mempengaruhinya kita dapat juga mengira-ngira bagaimana tingkat Nasionalisme yang dimiliki bangsa Indonesia saat ini.
Faktor ekonomi dan budaya yang telah dibahas diatas memang sangat berperan dalam rasa Nasionalisme Bangsa Indonesai karena bagaimana akan bisa membanggakan bangsa dan Negara ini jika kemiskinan masih banyak, pengangguran masih numpuk, tingkat kriminalitas makin tinggi. Orang pun akan memikirkan dua kali jika mugkin ditanyakan apakah anda cinta dengan bangsa dan Negara ini?. Tapi tentunya pendapat orang berbeda tergantung dari pemikiran mereka, akan tetapi sebagain masyarakat indonesiakan masih berada di garis kemiskinan. Dengan kata lain pemikiran itu  mungkin saja bisa dibenarkan.
Contoh lainnya yang bisa dibilang mengurangi dan mengotori rasa nasionalisme adalah dimana banyaknya kasus korupsi bahkan kolusi dan nepotisme yang jelas sekali membuat negara ini tetap dalam keadaan terpuruk. Bagaimana mungkin orang yang benar mempunyai rasa nasionalisme yang tinggi dapat menguras harta yang bukan haknya. Harta yang seharusnya untuk kemakmuran masyarakat. Apalagi kasus-kasus yang menyangkut para elit politik dan orang nomor sekian di Indonesia. Itu sudah menodai nasionalisme.
Ditambah lagi perbedaan sedikit saja di negeri ini bisa jadi masalah besar. Contohnya dalam masalah supporter sepak bola yang sering terjadi kerusuhan, pengrusakan dan tawuran antar supporter, rasisnya para suporter. Kapan bangsa Indonesia ini akan dewasa dan memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi jika adanya perbedaan sedikit saja bisa jadi masalah besar?
Kapan Indonesia akan seperti negara Jepang yang bisa dibilang jiwa patriotisme dan nasionalisme sangat tinggi sekali. Jika kita tanya saja pada masyarak mungkin saja masih banyak yang tidak tahu Pancasila, padahal pancasila bisa dibilang wadah tempat menyatukan berbagai penghalang yang menghantui bangsa Indonesia ini.
Tapi rasa optimis ini akan terus ada karena dari gejala situasi saat ini. Sebagai contoh pengakuan budaya batik oleh negara tetangga menimbulkan rasa persatuan dan nasionalisme sebab kita pun tidak mau budaya bangsa yang asli kita miliki menjadi hilang begitu saja menjadi milik orang. Rasa tersebut timbul dari rasa senasib untuk memiliki bangsa Indonesia ini. Akan tetapi jika rasa itu tidak di imbangi dengan rasa penghormatan terhadap bangsa dan negara lain maka akan menimbulkan sikap chauvinisme.
Chauvinisme yang merupakan sikap mengagungkan bangsa dan negara sendiri tanpa menghormati bangsa dan negara lainnya. Rasa optimis itu tentu saja harus diimbangi dengan pembenahan diberbagai aspek kehidupan seperti pembenahan sistem perekonomian dan perpolotikan serta sistem hukum yang bagus. Karena sekali lagi jika faktor yang mempengaruhinya kurang baik maka Indonesia akan tetap tertinggal dan rasa nasionalisme itu mungkin saja akan menghilang dan rasa percaya terhadap para pemimpin akan habis. Dan tentu mungkin apa yang akan diprediksikan setelah itu adalah mungkin saja kita akan mengalami evolusi seperti tahun 1998? Tapi penulis harapkan tidak demikian karena kita yakin masih punya semangat untuk menjadi yang lebih baik lagi.

E.     Nasionalisme di Tengah Globalisasi
Nasionalisme Indonesia pada dasarnya merupakan ruh semangat pergerakan untuk bergerak melawan segala bentuk penindasan baik pada sektor ekonomi, politik, sosial budaya serta pertahanan dan keamanan. Melalui nasionalisme inilah muncul sebuah embrio tekat untuk  berbangsa, berbahasa, bertumpah darah satu yakni Indonesia seperti  yang sudah tertorehkan dalam sumpah pemuda 1928. Dengan semangat satu bangsa, bahasa dan tumpah darah yang terinternalisasi dalam diri seorang pemuda pada saat itu hingga mencapai titik klimak terwujudnya jembatan emas pada proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Semangat proklamasi sebagai sandaran bagi nasionalisme bangsa indonesia ini mempunyai peranan yang sangat strategis dalam mendorong  dalam kemajuan bangsa ini.
Nasionalisme kita yang dulunya sangat dalam hingga terinternalisasi  pada diri seseorang dengan proses berjalanya waktu serta faktor-faktor lingkungan kini telah menjadi nasionalisme yang dangkal. Kita membela sang merah putih hanya dalam ha-hal yang sifatnya simbolik, namun kita diam saja saat melihat kekayaan alam kita di kuras dan dijajah oleh koorporasi asing, ketika sektor-sektor vital ekonomi seperti perbankan dan industri asing, bahkan saat kekuatan asing sudah masuk mempengarui kebijakan sosial, ekonomi, dan politik kita diam tak mampu bekata apa-apa, seakan-akan kita kita sudah kehilangan harga dan martabat bangsa.
Hancurnya  kedaulatan dan kemandirian bangsa serta terpuruknya nasib rakyat indonesia bukanlah suatu fenomena yang datang dengan sendirinya. Kehancuran bangsa ini tak lepas dari fenomena global yang berkembang pesat, dalam dan luas yaitu ketidaksiapan dan kemampuan baik secara mental, sosial-budaya, ekonomi serta politik dalam menghadapi ancaman globalisme-kapitalistik. Dalam pandangan ekonomi dan politik kepentinggan globalisasi adalah sebuah proses  sistematis untuk merombak struktur  perekonomian negara-negara miskin, terutama berupa pengkerdilan peran negara dan peningkatan peran pasar, sehingga memudahkan dalam pengintegrasian perekonomian negara-negara miskin kedalam genggaman para pemodal negara-negara kaya. Secara ringkas globalisasi telah merong-rong kedaulatan bangsa (ekonomi, politik, budaya, pertahanan dan keamanan) memperlemah kapasitas negara untuk malayani dan melindungi rakyat dan kepentingan strategis nasional. Sehingga  bangsa ini akan tergantung dan menggantungkan diri pada negara lain.
Impian gobalisasi yang sangat bagus tadi ternyata sulit direalisasikan dan bahkan membawa buah simalakama bagi negara negara berkembang seperti indonesia, kemiskinan makin bertambah, banyak kejahatan-kejahatan korporasi yang melanggar HAM yang merusak lingkungan dan menguras kekayaan alam.
Disamping globalisasi yang sifatnya ekonomi tadi indonesia harus besiap-siap menghadapi globalisasi budaya, dimana budaya-budaya lokal akan semakin terkikis oleh budaya-budaya luar. Disini sudah mulai tampak banyak generasi muda yang mereka tak mau melestarikan budaya budaya mereka, mereka lebih mencintai kebudayaan asing, sehingga pada akhir akhir ini banyak kita jumpai kasus-kasus pengklaem kebudayaan. Semangat nasionalisme ini juga semakin terlihat seberapa dalam mereka mencintai dan mempertahankan kebudaaan yang mereka miliki, serta melestarikanya. Jangan sampai kebudayan yang kita punyai ikut tergadaikan akibat arus globalisasi. Disini sebenarnya indonesia mempunyai banyak kelebihan bila dibandingkan dengan negara lain sebab indonesia mempunyai banyak wilayah, dengan peninggalan budaya yang besar dan penduduk sehingga mempunyai banyak kebudayaan dan punya banyak tenaga untuk mempertahankan kebudayaan lokal maupun nasional. Di samping itu negara indonesia mempunyai banyak keagamaan yang mana setiap agama mempunyai kebudayan dan adat istiadat untuk merayakan ibadah ke agamanya tersebut. Dengan kelebihan ini semua indonesia  di harapkan menjadi lebih baik dalam bidang kebudayaan.











                                       















BAB III
KESIMPULAN

Nasionalisme adalah paham yang meletakkan kesetiaan tertinggi individu yang harus diberikan kepada negara dan bangsanya, dengan maksud bahwa individu sebagai warga negara memiliki suatu sikap atau perbuatan untuk mencurahkan segala tenaga dan pikirannya demi kemajuan, kehormatan dan tegaknya kedaulatan negara dan bangsa.
Sejak abad 19 dan abad 20 muncul benih-benih nasionalisme pada bangsa Asia Afrika khususnya Indonesia. Faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya nasionalisme, antara lain: faktor dari dalam (kenangan kejayaan masa lampau, perasaan senasib dan sepenanggungan akibat penderitaan dan kesengsaraan masa penjajahan, munculnya golongan cendekiawan, paham nasionalis yang berkembang). Sedangkan faktor dari luar antara lain kemenangan Jepang atas Rusia, perkembangan nasionalisme di berbagai negara, munculnya paham-paham baru. Selain faktor intern dan ektern pergerakan nasional juga ikut mempunyai andil munculnya benih-benih nasionalisme.
Nasionalisme di indonesia memang sering mengalami pasang surut. Dapat kita ketahui bahwa adanya sedikit perbedaan saja bisa menimbulkan masalah yang besar. Tetapi bangsa Indonesia juga memiliki rasa nasionalisme yang menggebu-gebu disaat negara kita sedang mengalami bahaya. Misalnya saja pada saat batik mau diakui oleh negara tetangga. Disana dapat kita lihat betapa besarnya persatuan dan nasionalisme yang dimiliki rakyat Indonesia untuk menjaga budaya aslinya.
Perkembangan nasionalisme Indonesia di era globalisasi ini justru mengalami kemiskinan yang amat mendalam. Globalisasi telah merong-rong kedaulatan bangsa (ekonomi, politik, budaya, pertahanan dan keamanan) memperlemah kapasitas negara untuk malayani dan melindungi rakyat dan kepentingan strategis nasional. Sehingga  bangsa ini akan tergantung dan menggantungkan diri pada negara lain.







DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufik. 2001. Nasionalisme dan sejarah. Bandung: CV. Satya Historika
Agung S., Leo. 2002. Sejarah Intelektual. Salatiga: Widya Sari Press
http://www.unisosdem.org/article_detail.php?aid=6891&coid=4&caid=33&gid=4. oleh Tjahjono Widarmanto. Diakses pada tanggal 25 November 2011. 15.12 WIB